A. Pengertian
maf’ul liajlih
Yaitu kalimat isim yang dibaca nasob yangdisebutkan untuk
menjelaskan ssebab terjadinya pekerjaan. Pengertian
maf’ul li ajlih
adalah masdar yang menunjukkan sebab sebelumnya atau menjelaskan illatnya dan
bersatu dengan amil dan failnya dalam satu waktu.[1]
Sayyid
Ahmad Al Hasyimy mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan maf’ul liajlih adalah
isim yang disebutkan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu perbuatan, dan
merupakan jawaban terhadap pertanyaan kenapa perbuatan tersebut dilakukan serta
disyaratkan bolehnya menasab maf’ul liajlih yang masdar.[2]
Berdasarkan
dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian maf’ul liajlih adalah
masdar yang menunjukkan sebab terjadinya suatu perbuatan dan menunjukkan
kesatuan antara amil dan illatnya pada satu waktu serta merupakan jawaban
terhadap pertanyaan kenapa perbuatan tersebut dilakukan.
Contohnya :
صَلَّيْتُ إِيْمَانًا بِالله
(Aku shalat karena Iman kepada Allah)
(Aku shalat karena Iman kepada Allah)
زُرْتُ عَلِيّا حُبًّا لَهُ
(Aku mengunjungi Ali karena cinta kepadanya)
(Aku mengunjungi Ali karena cinta kepadanya)
أَعْطَيْتُ الْفَقِيْرَ طَعَامًا
شَفَقَةً لَهُ
(Aku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan kepadanya)
(Aku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan kepadanya)
أَتَيْتُ الْمَدْرَسَةَ رَغْبَةً فِيْ
الْعِلْمِ
( Aku datang ke sekolah karena mencintai Ilmu)
( Aku datang ke sekolah karena mencintai Ilmu)
B. Pembagian
Maf’ul liajlih
Maf’ul liajlih terbagi kepada tiga bagian :
1. Apabila tidak ber alif lam
dan mudaf, makakebanyakan dinasab
إذا جاءَ المفعولُ لأجلِهِ مجرّداً من
ال ومن الإضافةِ، فينصبُ غالباً، مثالٌ: جئْتُ إلى المدرسةِ طلباً للعلمِ.
2. Apabila
beralif lam, maka maf’ul liajlih di jar
أمّا إذا جاءَ معرّفاً بال فيكونُ مجروراً بمن،مثالٌ:
وقفْتُ للاحترامِ.
3. Apabila maf’ul liajlih mudaf/sandar,
maka boleh dinasab atau dijar
أمّا
إذا جاءَ مضافاً فيجوزُ نصبُهُ أو جرُّهُ بمن، مثالٌ:سافرْتُ ابتغاءَ العلمِ،
أو:سافرْتُ لابتغاءِ العلمِ.[3]
C. Syarat
menasab menjadi maf’ul liajlih
Adapun syarat menasab maf’ul liajlih ada lima syarat[4] :
1. Masdar
Jika bukan
masdar, maka tidak boleh menjadi nasob, akan tetapi dijarkan oleh huruf jar.
Contoh :
2. Masdar
qalby
Masdar qalby
berasal dari fiil yang berkaitan dengan perasaan dan batin, jika bukan masdar
qalby, maka tidak boleh dinasab.
Contohnya :
جِئْتُ
لِلْقِرَاءَةِ
3. Masdar tersebut satu zaman dengan fi’ilnya.
Memiliki satu
waktu yang sama dengan fiilnya.[5]
Contoh : سافرت
للعلم
4.
Masdar dengan
fi’ilnys satu fa’il, tidak boleh dibaca nasob apabila tidak satu fa’il.
Contoh
:
5.
Masdar qalby
memiliki satu waktu dengan fiil dan fail sebagai faktor atau illat terjadinya
perbuatan tersebut dan merupakan jawaban atas pertanyaan “kenapa perbuatan
tersebut dilakukan” contoh : جئت رغبة فى
العلم (Saya datang sebagai bentuk
kecintaan terhadap ilmu) maka رغبة
فى العلم
(kecintaan terhadap ilmu) merupakan jawaban terhadap pertanyaan kenapa kamu
datang? Apabila tidak disebutkan sebagai
penjelasan sebab terjadinya suatu perbuatan, dan bukanlah maf’ul liajlih, akan
tetapi hanya menjadi sesuatu sesuai dengan tuntutan amil yang berkaitan
dengannya,antara lain :
a. Bukan maf’ul liajlih hanya menjadi maf’ul
mutlaq.
Contohnya
:عظمت العلماء تعظيما
b. Bukan maf’ul liajlih hanya menjadi maf’ul bih
Contohnya
:علمت الجبن معرة
c. Bukan maf’ul liajlih hanya menjadi mubtada’
Contohnya
:البخل داء
d. Bukan maf’ul liajlih hanya khabar
Contohnya:ادوى
الأدواء الجهل
e. Bukan maf’ul liajlih hanya majrur
Contohnya
:اي داء أدوى من البخل
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka wajib
dijar masdar tersebut dengan huruf jar yang bermakna ta’lil (faktor penyebab)
seperti huruf jar اللام, من , فى contoh :
جئت للكتابة
D.
Ketentuan
maf’ulliajlih
1. Dinasab apabila terpenuhi syarat-syarat nasabnya karena maf’ul liajlih sharih (jelas) jika dimaksudkan ta’lil. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka dijar dengan huruf jar yang bermakna ta’lil, dan dii’tibarkan bahwa tempatnya dinasab karena maf’ul liajlih. Contohnya : Boleh mendahuluka nmaf’ul liajlih terhadap amilnya, sama adanya dalam kondisi dinasab, seperti : رغبة
فى العلم اتيت atau dalam kondisi dijar seperti : للتجارة
سافرت
2. Tidak wajib menasab masdar yang memenuhi syarat nasabnya, tetapi boleh dinasab atau dijar dalam tiga bentuk[7] :
a. Masdar tersebut tidak ber-alif lam (ال) dan sandar (اضافة),
pendapat yang terbanyak adalah menasabnya contoh :وقف
الناس احتراما للعالم, pendapat yang sedikitadalahmenjarnyaterdapatdalamsyair : من
امكم لرغبة....
b. Masdar tersebut ber-alif lam (ال)
pendapat yang terbanyak adalah menjarnya contoh : سافرت
للرغبة فى العلم dan kadang dinasab menurut pendapat yang sedikit contohnya : لااقعد
الجبن عن الهيجاء
c. Masdar tersebut mudaf (sandar) maka boleh dinasab dan dijar
Contohnya dinasab :تركت
المنكر خشية الله
Atau dijar contohnya :اللهتركت
المنكر لخشية
[1] Abbas Hasan, Nahwul Wafi,
Cet. III, (Dar Ma’arif: Mesir: ) h. 237
[2]Sayyid Ahmad Al Hasyimy, Al Qawaid Al AsasiyahLillugatilArabiyah, (TP.
: Kairo: 2010) h. 190
[3]Abdul Latif Al Said, Qawaid Al Lugatu Al Arabiyah Al Mabsutah,
Cet. III (TP.TT) h. 67
[4]Al Syaikh Mustafa Al Gailayany, Jamiu Al Durus Al Arabiyyah, Cet.
I (Dar Ibn Al Haisim: Kairo) h. 427
[7] M. Shalehuddin Shafan, Pengantar Memahami Kitab Al-Imriti, Jombang :Darul Hikmah , cet. 2,
2007. h . 160-161
Tidak ada komentar:
Posting Komentar